1/4 (Part 2)


Kembali lagi di blog favorit para nigolaners
I hope semuanya baik-baik saja
Masih pada stay di rumah
dan stay healthy tentunya

Setelah seminggu lebih dipenuhi dengan kesibukan kerjaan dan online course,
akhirnya gw punya waktu untuk kembali disini
melanjutkan cerita tentang my quarter life crisis
so lets refresh where we left off last week (seperti recap film netflix ceritanya)

Kembali ke jakarta setelah 4 tahun berada di luar
mengubah pola pikir dan ekspetasi akan fase berikut di kehidupan gw
I was struggling with hatred, disappointment, shame and insecurity in me
Hingga akhirnya gw memutuskan untuk melanjutkan mengambil master di singapur

It was not easy at the beginning
I was contemplating with so many uncertainties and questions in my head

Is this a good decision? Will i regret it?
Am i too old to go back to school?
Am i gonna waste my my time?
Am i only running away from reality?
Apakah ini benar-benar yang gw mau?

Satu hal yang gw yakin pada saat itu,
i was unhappy & unsatisfied
Gelisah mungkin merupakan kata yang tepat 
untuk mendeskripsikan

Suatu waktu, i asked my parents
if its ok for me to do masters programme
I didnt really explain why and what i was going through
since my parents are foreign to this thing called emotion
Tapi gw yang gw sampaikan adalah
kalo melanjutan belajar bisnis merupakan salah satu hal yang gw mau
Fortunately they gave me a green light

I started researching universities and programmes available
pilihan gw pada waktu itu ada pada beberapa business schools di singapur and aussie

Awalnya gw menjalani proses ini dengan slow
mengingat proses persiapan yg lumayan panjang
dari pengumpulan dokumen-dokumen,
persiapan GMAT (biasanya dibutuhkan untuk masters application),
komunikasi dengan pihak uni melalui email dsb.

Suatu sore sekitar akhir bulan mei,
staff dari SMU mengemail gw bilang
kalo intake untuk tengah tahun ini sebenernya uda tutup,
tapi dia bisa buat pengecualian untuk gw pada saat itu

Hal pertama yg terlintas di pikiran gw adalah "i dont think im ready for this"
karena intakenya itu bulan juli
gw belom persiapin GMAT sama sekali, totally 0 knowledge
tho there was an admission test alternative which is equivalent to GMAT
yg harus diselesaikan dalam waktu 1 minggu ke depan

Tapi memang jiwa sagitarius yang mudah tertantang
+ dipush my mom untuk coba aja
i replied that SMU staff, "I'M GAME" (not literally email ke dy, tapi itulah teriakan hati gw pada saat itu)

Singkat cerita (literally sesingkat itu, it took less than a month for the whole process),
I passed the admission test and admitted to the programme at SMU
and i was back to singapore

Hal pertama yg gw rasakan adalah
lega, i can finally breathe again
bagai burung yg baru lepas dari sangkar
Indeed what i missed the most was
the autonomy in controlling my own life
it was not my parents' (and their curfew rules) anymore

Kembali ke bangku sekolah setelah jeda lebih dari 1 tahun
menjadi pengalaman tersendiri
Rasanya itu campur aduk
Memulai sosialisasi dengan kumpulan pelajar lain
Memaksa otak untuk aktif berpikir setelah dorman beberapa waktu
Belajar sesuatu baru yang asing di benak kita
Mencoba hal baru yang mungkin sebelumnya terlihat mengintidimasi
Beranjak dari zona nyaman selama ini
Membangun versi lebih baik dari diri kita sendiri

There were times when i found it challenging,
viewing units to rent, interacting & negotiating with property agents,
getting familiar with business terms,
communicating with classmates from different countries,
leading diverse groups for school projects,
presenting in a large group of audience,
and getting a job

Among all those things i mentioned,
the latter was the toughest
Pertama, gw ga yakin dengan apa yang mau gw lakukan saat itu
apakah itu marketing? finance? sales?
skillset apa yang dapat gw jual ke perusahaan yang gw daftar
dimana gw mau berada 5 tahun dari skrg?

The course i learned was business management,
hence i got a well-rounded knowledge and understanding of each business aspect
from marketing to finance and operations
Hal ini mungkin bisa menjadi plus poin, 
dimana memberikan kita fleksibilitas dalam mencari pekerjaan
Tapi disisi lain, hiring companies prefer seseorang yang memiliki keunggulan di suatu spesialisasi

Dan satu hal yang gw pelajari dari sini adalah 
betapa pentingnya mengenal diri kita sendiri
dimana letak kemampuan dan kekurangan kita sesungguhnya
Once we're clear of what our capabilities are, 
you know what kind of job you want,
and you know how to sell yourself for the job you're applying to

A friend of mine told me,
it is never easy getting your first job,
but once you break the barrier and manage to get inside,
thats it, the game is yours

After days of sending resume and attending interviews,
I was offered a job di suatu tech company pada akhir november
Gw super seneng waktu itu dan langsung telpon my parents to share the news

Staf HR perusahaan itu bilang kalo EP (employment pass) gw ud diproses,
dan gw bakal dikabarin kalo uda jadi
Hence i decided to wait in jakarta meanwhile
dengan ekspetasi i would receive good news in a month time

Sekitar pertengahan desember,
gw diberitahu lewat telpon kalo EP gw ditolak
Tapi gw ga dikasih tahu alasan dari penolakan itu,
karena memang pihak MOM (lembaga tenaga kerja pemerintah sini) sendiri ga memberi penjelasan
Tapi gw dikasih tau untuk ga usah khawatir, mereka bakal appeal

Jujur I was worried kenapa bisa sampe ditolak
dan selama penantian gw di jakarta, gw ga bisa tenang
Gelisah,
the feeling of not knowing the unknown was really driving me nuts

Dan tingkat kegelisahan gw pun berbanding lurus 
dengan hari demi hari yang gw lewatkan selama penantian itu
As much as i wanted to stay calm & positive,
i just couldnt

Kegelisahan gw ditambah dengan interaksi dari orang-orang terdekat
my parents, family and close friends
yang selalu nanyain kapan mulai kerjanya?
Gw cuma bisa bilang soon, lagi nunggu visa keluar
sambil berupaya menyembunyikan kegelisahan gw sedalam mungkin

It was something that i had no control of or could foresee,
yet i had to act as if everything was gonna be okay
I was feeling vulnerable deep down

Pertengahan januari,
ga ada kabar sama sekali,
gw gatau nasib aplikasi EP gw gimana
dan HR cuma bisa bilang masih pending
aku tuh paling ga bisa digantungin seperti ini :/

I tried to live on with my anxiety as much as i could

Tengah februari,
gw putuskan untuk ke singapur
karena rental gw waktu itu masih jalan dan dibayar penuh,
jadi berasa agak sayang kalo ga ditinggalin
Beberapa hari kemudian,
gw menerima message,
EP gw ditolak. 
titik.

I was shattered

Setelah penantian 3 bulan berakhir sia-sia
dan tanpa penjelasan akan penolakan tersebut 
(Please buat kalian yang suka ngegantungin orang, don't do this)

Gw sempat menanyakan diri sendiri berulang-ulang
i thought everything was going so well
the fun was just about to begin
but it seems like i won't get the chance to pursue my dream
is this it?

Sempat terbesit di pikiran gw,
kalo mungkin gw harus berhenti
dan balik ke indo aja
dan my mom pun waktu itu mengajak gw untuk balik pulang
rental rumah diberhentiin secepetnya kalau bisa

Going back home after my masters was the last scenario i could think of
Living by myself independently means so much to me
dan gw yakin 100%
seandainya gw balik ke rumah,
living under the same roof with my parents,
segala yang telah gw bangun selama ini ga ada artinya
sia-sia

I was at the lowest point i've ever been
I had trouble sleeping for few nights
I felt like a loser

Tapi gw berusaha untuk bangkit dan apply pekerjaan lain lagi
trying my best as i had nothing to lose
walaupun waktu itu level ekspetasi gw lumayan rendah

2-3 hari berikutnya,
gw mendapatkan panggilan interview di perusahaan lain (my current company)
Pergilah gw ke interview tersebut tanpa ekspetasi apapun
Sore hari setelah dari interview itu,
my interviewer (my current boss) telpon gw
nanyain kalo gw tertarik untuk coba 2 minggu disitu
Pada saat itu, jawaban gw adalah gw cuma bisa coba 3 hari karena gw ud book flight buat balik jakarta weekend itu juga
dan ternyata disetujui oleh dia

Setelah gw jalani 3 hari kerja disana,
alhamdulilah gw ditawarin full time position sama my boss,
and they applied for my EP

Selama menunggu EP keluar,
i was back in jakarta (again) waiting
still with the same anxiety as previously
cemas kalo EP nya bakal ditolak lagi

Sekitar 1 bulan kemudian,
gw dikabarin kalo EP gw ditolak
masih tanpa penjelasan akan penolakan tersebut
I was shattered (again, with lesser fuck given this time)

My boss decided to appeal
dan gw ditawarin kerja offshore sampai EP gw keluar
Dari detik itu dimulailah my (partial) fulltime job officially
with me working from jakarta selama beberapa bulan
basically i started wfh earlier than everyone

It was pretty tough i might say,
not physically but mentally
Working without certainty, 
wondering when i would get the approval
and given the legal document to officially work in the office

Despite of anxiety that i was experiencing selama wfh,
ada beberapa hal yang gw syukuri
gw bisa menghabiskan waktu bareng keluarga
gw bisa makan mpek2, alip, akang, nasi padang
gw bisa menikmati sports masssage tiap minggu (rekomen Giat Kurnia di sunter, pijetannya sangat ciamik untuk orang-orang yang sering olahraga dan merasakan pegal-pegal. Ini bukan endorse ya saya bayar full)

1 bulan berlalu,
tak ada kabar akan aplikasi EP gw

Menjelang 2 bulan, tepatnya pertengahan Mei
Gw dikabarin kalo EP gw ditolak lagi
I was shattered (again, but zero fuck given this time)

My boss still decided to appeal for the second time
dan beruntungnya kali ini MOM memberikan penjelasan mengapa EP gw ditolak (thanks so much to my ex-colleague who fought for this)

Singkat cerita, gw melanggar bond yang gw punya beberapa tahun lalu dengan MOE (lembaga edukasi pemerintah sini)
dan masalah tersebut pun bisa diselesaikan
hingga my EP eventually approved
and here i am now working officially and legally at my current company in sg :)

Begitulah sekilas puncak perjalanan dari 1/4 kehidupan gw,
my quarter life crisis,
dimana anxiety merupakan teman terdekat sehari-hari

But looking back at how much i have gone through
im glad they have happened in my life
and i managed to stay alive

Sometimes you have no idea where the future might bring you,
it can get tough, exhausting and even depressing
but you just have to live through it
Whatever life throws at you,
you gotta stand up and come back stronger

Salam Nigolaners
Dedi & Nigolan

Comments

Popular posts from this blog

uupppssss salah orang

rutinitas baru

Bulan